Selasa, 15 Desember 2009

Dukungan Muballighoh Jember terhadap Syari'ah-Khilafah


MHTI-Press- Dukungan terhadap Syari’ah dan Khilafah terus meluas. Ini terlihat dari antusiasme peserta Tabligh Akbar Tarhib Muharram Ulama Perempuan yang diselengarakan Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD II Jember hari ahad (13/12). Tabligh yang diselengarakan untuk menyambut tahun baru 1431 H ini diiringi pekikan takbir hampir pada setiap sesi.

Jember dikenal sebagai kota seribu pesantren. Maka dukungan terhadap Syari’ah dan Khilafah pun datang dari kalangan pesantren. Nyai Munawwaroh, pemangku pesantren Nurul Ulum Jember, diagendakan menyampaikan orasi pertama pada tabligh akbar yang bertema “Rapatkan Barisan, Kokohkan Ukhuwah, Songsong Khilafah”. Namun, pada waktu pelaksanaan, beliau berhalangan hadir karena sakit. Meski demikian, beliau mewakilkan pembacaan orasinya tentang derita yang dialami kaum muslimin pasca runtuhnya Daulah Khilafah kepada Ustadzah Zahida.

Orasi kedua disampaikan oleh Ustadzah Azizah, Pembina pengajian Galista Asmara, yang menegaskan bahwa Khilafah adalah solusi problematika ummat saat ini. Koordinator Lajnah Tsaqofiyah MHTI DPD II Jember , Ustadzah Amrina Rosyada, S.Psi, kemudian menutup sesi orasi dengan mengingatkan kembali akan janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah akan tegaknya kembali Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah.

Semangat menegakkan Khilafah sangat terasa pada sesi sharing dan komitmen. “Kami sangat mendukung ide yang dilontarkan Hizbut Tahrir dalam tabligh ini, dan kami siap bersinegi dengan HTI untuk mewujudkan kembali Khilafah,” ucap Ibu Masruroh, perwakilan muslimah Hidayatullah Jember, dengan berapi-api. Sontak, pernyataan tersebut mengundang pekikan takbir dari sekitar dua ratus muballighoh dan pemangku pesantren yang memenuhi aula atas gedung Graha bIna Insani.

Dukungan pun datang dari Ibu Abdul Mu’ith, muballighoh dari desa Jelbuk. Beliau menyampaikan bahwa meskipun tinggal di desa, tapi beliau dan masyarakat di sana sangat mendukung upaya Hizbut Tahrir untuk menerapkan syari’ah dan menegakkan Khilafah. Bahkan dengan tulus beliau bertaya, “Sebagai orang desa, apa yang bisa kami lakukan untuk mendukung dan member bantuan dalam penegakan Khilafah?” subhanallah… Allahu Akbar!

Sementara itu, Ibu Su’ud Fathimah, dari YPI. At-Takwa Kecamatan Kalisat, menyadari bahwa di tengah masyarakat beredar opini negatif terhadap Hizbut Tahrir dan perjuangannya. Termasuk juga di daerahnya. Untuk itu, beliau menyerukan agar masyarakat tidak perlu takut terhadap Hizbut Tahrir. “Jangan takut bergabung dengan Hizbut Tahrir,” seru beliau. “Tidak perlu memandang golongan, yang penting bersatu di bawah kalimat la ilaha illallah wa muhammadur rasulullah,” tambah beliau.

Tabligh akbar yang dimeriahkan dengan aksi teatrikal ini juga telah membawa guru-guru TPA yang pada awalnya memandang negatif Hizbut Tahrir berubah memberikan dukungannya untuk Hizbut Tahrir. Ini seperti yang dialami seorang guru ngaji yang juga mahasiswa STAIN Jember. “Semoga Khilafah berdiri tidak lama lagi. Untuk Muslimah Hizbut Tahrir, saya usul mengadakan tabligh semacam ini rutin tiga atau enam bulan sekali,” harapnya.

Ahad siang itu, Aula atas Graha Bina Insani yang panas, dipenuhi kerinduan terhadap Khilafah sekaligus luapan semangat untuk berjuang menegakkannya. Namun sayang, waktu yang terbatas, membuat tidak semua muballighoh yang hadir bisa menyampaikan secara terbuka dukungannya. Tabligh pun ditutup dengan do’a yang dipimpin oleh Nyai kharismatik Jember, Nyai Munifah Mursyid.[]

Brain, Beauty dan Behaviour dari Kacamata Swimsuit


Miss Gibraltar Kaiane Aldorino, 22, merebut gelar Miss World 2009 di Afrika Selatan, Sabtu malam (12/12). Dia menyisihkan 111 gadis cantik lain yang menjadi peserta kontes dalam acara yang berlangsung sekitar dua jam. Aldorino menjadi favorit penonton dalam kontes itu setelah memenangi kompetisi pakaian renang (swimsuit). Bersama tujuh kontestan lain, dia lolos ke babak final kontes tersebut.
Brain, beauty dan behaviour macam apa yang bisa dilihat melalui pakaian renang (swimsuit)? Ajang seperti ini adalah kebebasan yang tidak bersusila jika masih diikuti Indonesia.

Ika Misfat Isdiana*

ANGKET TAK SELESAIKAN MASALAH

Pansus Century membutuhkan dana 5 milyar rupiah untuk membiayai hak angket Century. Padahal uang rakyat yang disedot koruptor century masih belum kembali. Kasihan rakyat!
Sebenarnya orang biasa sekalipun tahu siapa tersangka Century yang harus dimintai pertanggungjawaban. Namun, tyindak tegas pemerintah untuk mengadili mereka sangat lambat. Pembentukan pansus hak angket, alih-alih menyelesaikan masalah, malah semakin memperlambat penyelidikan. Hal ini karena, menyedot banyak uang, waktu, dan tenaga.
Kasus Century tidak bisa diselesaikan hanya dengan hak angket tapi butuh ketegasan pemerintah dan kepastian hukum.

Ika Misfat Isdiana*